Catatan Hati Anak Perempuan Pertama
Suasana hatiku yang galau bak rembulan di malam hari. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Gak terasa ibu, anak yang engkau lahirkan akan menginjak usia 20 tahun. Bukan sedikit masalah yang anakmu ini lalui ibu. Disepanjang doaku hanyalah ingin membahagiakan kedua orang tuaku dan diberikan kesehatan. Akan tetapi anakmu ini belum bisa membahagiakan bapak dan ibu, tapi aku berjanji akan membahagiakan, membanggakan, dan mengangkat derajat kedua orang tuaku.
Jika berbicara tentang anak perempuan pertama rasanya ingin bercerita banyak tentang betapa kadang kebahagiaan dan kesedihan dalam hidup ini. Ada banyak momentum di kehidupan yang membuat aku menjadi anak perempuan pertama adalah suatu hal yang hebat, tetapi juga menjadi anak perempuan pertama tidaklah mudah. Terkadang terlintas di pikiran “kenapa ya aku yang menjadi anak perempuan pertama, rasanya aku gak sanggup menjadi anak perempuan pertama ini” Allah mentakdirkan menjadi anak perempuan pertama itu karna aku kuat makanya dijadikan sebagai anak perempuan pertama yang siap untuk membimbing adik-adikku kelak.
Aku rasa waktu pertama kali melihat adik, yang aku rasakan adalah senang mempunyai adik tersebut karena sudah punya teman untuk bermain dan berbagi cerita. Bermula hanya sekali dua kali aku harus mengalah kepada adikku dengan memberikan mainan yang adikku inginkan, berlanjut aku diajarkan oleh orang tua harus mengalah terhadap adikku. Hingga akhirnya karna aku anak pertama harus menjadi panutan buat adik-adikku. Hanya saja, terkadang lelah juga menjadi seperti ini.
Suatu hari ibu pernah berkata :
"Nak kamu kenapa gak mau lagi banyak bermain dengan adik-adikmu, biasanya kalian bermain tiap hari?"
"Gak papa bu, Sambil merenung."
"Jadi kakak itu harus mau bermain dan berbagi kepada adik sendiri ya nak."
"Baik bu."
Anak perempuan pertama seringkali menjadi yang pertama mengalah, pertama membantu, dan pertama yang dicontoh. Ada masanya anak perempuan pertama harus memikul peran yang kedua, yaitu menjadi ibu kedua. Anak perempuan pertama biasanya sejak dini psudah diajarkan urusan rumah, seperti bersih-bersih dan memasak. Kalau ibu sedang tidak bisa, ya kita yang akan menggantikannya. Hal ini menjadi keuntungan karena aku jadi belajar melakukan tugas rumah yang tadinya tidak bisa aku lakukan. Tapi kadang ada juga perasaan kalau adik kita juga perlu dong untuk bisa? Karena tidak selamanya mereka akan tinggal dengan kita.
Penulis : Widia Meilani, mahasiswa STKIP Rokania semester 2
Posting Komentar untuk "Catatan Hati Anak Perempuan Pertama"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.