Puisi-puisi karya Lisma Tarianbutar
Puisi-puisi karya Lisma Tarianbutar
Mengenang Parak
Ibu menanam cabai dengan rasa perih di batin
Aku lihat genangan air mengendap di wajahnya
Gulma-gulma dicabut seperti membuang gundah gulana di hatinya
Ibu berkata,"Dahulu Bapakmu senang berkebun."
Aku diam sambil menyiram mentimun menggelantung di tiang-tiang kayu penyanggah
Mengenang saat bapak ada bersamaku berkebun
Kami pernah menyimpan kisah di sana, bersama-sama menuai hasil kebun
Ibu bergumam,
"Bapak pasti senang melihat kita di sini."
Tetiba hujan turun
Musim hujan mulai tiba
Ibu cemas dengan cabai yang baru ditanam Ibu mengeluh,
"Ah cabaiku akan rusak tergenang air."
Aku pandangi wajahnya dengan iba, aku tak ingin ibu larut dalam duka
"Ibu, bersabar ya," hiburku.
Merekatkan Rasa
: _Tri Wahyurini_
Jeng,
Aku sapa kau
saat diksi beterbangan bebas
Kau mencolek aku, bara semangat kau berikan padaku
Jeng,
Kau berikan aku roti kata yang renyah dikunyah
Hingga aku bangkit kembali
Jeng,
Kita pernah bersama dalam merangkai kata demi kata
Aku solak dengan kobaran semangatmu
Aku sematkan namamu dalam setiap doa-doaku.
Bogor, 17 Oktober 2022
Sakit Hati
Ketika kecewa menjelma benci yang curam
Racun dendam kau siram di atas cela
Lamban laun menjadi luka yang menganga
Bogor, 8 Nopember 2022
Penuaian
Cabai, terong, kacang panjang aku siram dengan penuh cinta, berharap semua akan bertumbuh dengan subur
Gulma pengganggu tak layak merusaknya
Aku melambuk tanah
Warna-warni hijau, merah, ungu, kuning, menawan kalbu
Aku berharap buahnya dapat dinikmati
Setiap hari aku siram agar tiada dahaga dan tetap kokoh berdiri
Ketika panen, aku melihat senyum merekah di bibir ayah
Aku pun senang dan membantu ayah memanen hasil tanam
Memori yang tertanam haru dan abid
Aku bangga pada ayah yang mempunyai tangan dingin dapat merawat tanaman sampai menuai hasil
Seorang ayah sebagai pegawai dan bekerja di ladang ketika merapat senja
Netra berkaca-kaca mengenang kisah itu
Aku bungkus dalam nostalgia dan selalu terkenang sepanjang hayat
Bogor, 19 Oktober 2022
Angka-angka Tersesat
Empat
Ada karena ia berharga
Sebagai penyambung nyawa supaya tidak melayang
Dalam kegelapan meraba-raba hari
Dua belas
Di bulan terakhir sendiri menunduk sedih
Tak ada celah untuk ia kembali
Tujuh Puluh Empat
Tercatat dalam sejarah sepanjang hayat
Hampir terlupakan dan terpaku pada zaman
Melupakan pulang ke asalnya
Bogor, Juni 2022
Lisma Tarianbutar adalah Delisma Anggriani Butarbutar, lahir pada tanggal 4 Desember di Medan. Saat ini masih aktif di kelas Asqa Imagination School (AIS), tunak di Community Pena Terbang (Competer).Saat ini sedang mengikuti Anugerah Competer Indonesia 2023. Karya puisinya sudah ada yang dimuat di media Pahatan Sastra, Tirastime, Riau Sastra, Lenggok Media. Penulis juga mempunyai beberapa buku antologi puisi dan cerpen. Intip aktifitasnya pada IG: @delismaanggrianibutarbutar, dan FB: Delisma Anggriani Btr.
Posting Komentar untuk "Puisi-puisi karya Lisma Tarianbutar"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.