"Cinta Dalam Ambisi" Naskah Skenario karya Nadia
Judul : Cinta Dalam Ambisi
Tema : Bercerita tentang perasaan cinta antara dua insan manusia yang tumbuh di tengah memperjuangkan pendidikan masing-masing, menggambarkan bagaimana cinta, ambisi dan pengorbanan hadir serta berdampingan dengan mengejar impian masing-masing. (cinta dan pendidikan)
Tokoh :
Rizky: Seorang mahasiswa yang berusia 23 tahun, lelaki berpostur tegap dan rupawan, ia merupakan mahasiswa tingkat akhir, cerdas, ambisius, dan sangat fokus terhadap pendidikannya.
Nana : Seorang mahasiswa cantik dan pintar yang berusia 22 tahun. Merupakan teman Rizky sejak SMA, tetapi memiliki kondisi ekonomi yang sangat sederhana.
Ibu Nana (Tika): Seorang ibu yang berusia 45 tahun sekaligus orang tua tunggal bagi Nana, yang bekerja sebagai buruh demi bisa membiayai perkuliahan Nana.
Ibu Rizky (Mila) : Seorang ibu yang berusia 55 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Pak Dion : Seorang dosen yang bijaksana dan sekaligus menjadi pembimbing Rizky dalam menyelesaikan skripsinya.
Juna : Merupakan teman sekelas Nana, menyukai Nana sejak awal masuk kuliah dan tetap memilih memendam perasaannya.
Setting : Perpustakaan kampus, Rumah Nana, Rumah Rizky, Kamar Rizky, Ruang kelas, Ruang dosen. Taman kampus, Cafe.
Alur : Menggunakan alur maju (progresif), yang dimana perisriwa dalam cerita berkembang secara kronologis dari awal hingga akhir.
Sinopsis : Rizky dan Nana adalah dua orang mahasiswa di kampus yang sama. Rizky, seorang mahasiswa yang sangat ambisius serta lebih memprioritaskan pendidikannya. Sedangkan Nana memiliki pendekatan yang lebih santai, meski ia harus berjuang demi kuliahnya, karena permasalahan perekonomian keluarganya. Waktu terus berjalan, tanpa sengaja mempertemukan kembali Rizky dan Nana, kedekatan mereka semakin akrab. Sehingga membuat Rizky menjadi dilema karena harus mengejar impian atau mengikuti perasaannya terhadap Nana yang mulai tumbuh cinta. Begitupun dengan Nana, ia semakin bingung dengan permasalahan ekonominya, nahkan ia mulai berfikir, apakah harus melanjutkan pendidikannya atau harus membantu ibunya bekerja secara penuh seharian. Mereka sama-sama dihadapkan pada dilema dan pilihan yang sulit. Hingga berakhir pada cinta dan pendidkan yang mereka usahakan bersama agar bisa berjalan seimbang.
Dialog :
Part 1: Ambisi Rizky
Adegan 1: Di perpustakaan kampus.
Rizky sedang sibuk membaca buku dan mencatat materi untuk skripsinya. Di sampingnya ada tumpukan buku yang tinggi, menunjukkan betapa seriusnya dia dalam menyelesaikan skripsinya dengan cepat.
Rizky : (Berbisik sendiri) Aku harus bisa menyelesaikan ini dalam sebulan. Waktu ku tidaklah banyak, target yang kuinginkan harus tercapai.
Nana : (Mendekat) Hai Ky. Disini kamu ternyata. Apa nggak bosan?
Rizky : Nggak, aku harus fokus demi skripsi ku cepat selesai karna ini masa depan aku.
Nana : (Tersenyum kecil) Itu memang bagus Ky, tapi jangan terlalu keras terhadap dirimu. Jangan lupa makan, kamu bisa sakit.
Rizky : Iya, terima kasih telah mengkhawatirkan aku, tadi aku sudah makan kok.
Adegan 2: Di rumah Rizky. Rizky berbicara dengan ibunya.
Ibu Rizky: Sudah pulang nak, gimana kuliah mu hari ini?, Jangan terlalu di paksa nak, nanti kamu bisa sakit.
Rizky : Sudah bu, rasanya tubuh ini sangat lelah sekali. Tapi aku nggak bisa santai. Ada cita-cita mau kugapai jadi aku harus ekstra usaha bu.
Ibu Rizky: Ibu paham nak dan ibu sangat bangga sama kamu. Tapi jangan lupa hidup bukan cuma tentang prestasi saja nak, tetap peduli terhadap tubuh mu sendiri ya.
Rizky : Iya bu, ibu jangan terlalu mengkhawatirkan aku, tetap do’a kan aku ya bu. Aku sedang mengusahakan yang terbaik untuk ibu tercinta ku ini (Sembari memeluk ibunya)
Ibu Rizky : Kamu selalu saja begini, jika sudah capek ya (mengusap kepala Rizky), do’a ibu selalu untuk mu nak. Berusahalah tapi jangan lupa dengan ibadah mu.
Part 2: Permasalahan Nana
Adegan 1: Di rumah Nana.
Nana sedang duduk dengan ibunya sambil berbincang tentang biaya kuliahnya.
Ibu Nana : Bagaimana dengan kuliah mu? Nak, Ibu akan coba cari pinjaman lagi untuk biaya semester depan mu. Kamu nggak usah khawatir, ya.
Nana : Kuliah ku lancar kok bu, nggak perlu cari pinjaman bu, aku bisa bekerja ketika libur kuliah jadi kita nggak terlalu terbebani lagi.
Ibu Nana : Jangan nak, kamu fokus saja sama kuliahmu itu agar bisa selesai dengan cepat. Ibu sudah cukup bangga karena kamu bisa sejauh ini.”
Adegan 2: Di kelas, setelah perkuliahan selesai. Nana dan Juna sedang berjalan bersama.
Juna : Kamu sakit ya Na?, kelihatannya kamu sedang tidak baik-baik saja. Ada yang bisa aku bantu?
Nana : Nggak, aku cuma mikirin soal biaya kuliah Jun. Aku ngerasa kalau aku beban dan terlalu memberatkan ibu ku Jun, umur ibu ku sudah tak muda lagi tapi harus bekerja untuk biaya kuliah ku.
Juna : Iya Na, aku paham dengan apa yang kamu fikirkan, kita sebagai anak tentu khawatir, jadi harus semangat Na agar perjuangan mereka tidak sia-sia. Kalau kamu butuh bantuan, jangan ragu buat ngomong ya. Aku di sini buat kamu Na.
Part 3: Perasaan yang Mulai Muncul
Adegan 1: Di cafe kampus.
Rizky mengajak Nana untuk bertemu di cafe yang berada di dekat kampus.
Rizky : Kamu kenapa Na, dari tadi aku perhatikan kamu kok murung terus?, sini cerita dengan ku.
Nana: Aku bingung, Ky. Kadang aku juga mikir, apa mungkin aku harus berhenti kuliah dulu ya.
Rizky : (terkejut) Apa? Kamu serius? Nana, pendidikan itu sangat penting. Jangan berhenti, kamu udah sejauh ini loh.
Nana : Iya, aku tahu Ky. Tapi aku nggak mau terus-menerus ngerepotin Ibu. Kamu taukan usia ibu ku sudah tidak lagi muda.
Rizky : Kamu nggak boleh nyerah ya Na, kita fikirkan sama-sama, pasti ada solusinya kok. Berhenti kuliah bukan cara yang tepat Na.
Nana : Iya Ky, terima kasih ya, karena mau mendengarkan keluhan aku ini. (sembari bersandar pada bahu Rizky)
Adegan 2: Rizky mulai merasakan sesuatu yang berbeda terhadap Nana, tapi dia masih bingung dan mengabaikannya karena fokus utamanya adalah pendidikannya.
Rizky : Kenapa aku mulai mikirin dia terus? Ini nggak bisa karena mengganggu fokusku. Aku harus ingat dengan target awal ku.
Part 4: Tuntutan Akademis
Adegan 1: Di ruang dosen
Rizky sedang berbicara dengan Pak Dion, membahas mengenai perkembangan skripsi Rizky.
Pak Dion : Skripsi kamu sudah cukup Rizky. Tapi ingat, jangan terlalu memaksakan diri. Saya lihat kamu sudah mulai sedikit kurus ya (tersenyum) . Kamu juga harus ingat bahwa kualitas itu lebih penting daripada kecepatan.
Rizky : Iya, Pak. Saya sering bergadang akhir-akhir ini pak, karena saya nggak punya banyak waktu. Saya ingin segera menyelesaikan ini pak, agar bisa wisuda tahun depan.
Pak Dion : Ingat, hidup bukan cuma soal lulus cepat. Kamu juga harus menikmati prosesnya.
Adegan 2: Di rumah, Rzky melihat pesan dari Nana yang meminta bantuan untuk mata kuliah yang sulit.
Rizky: (Monolog). Aku harus bantu dia, tapi waktu ku sendiri saja sudah hampir habis.
Rizky : (Membalas pesan Nana). Iya Na, hari besok ya di kampus aku bantu.
Nana : Thanks, Ky. See you di kampus ya.
Part 5: Cinta yang Tumbuh
Adegan 1: Di ruang belajar kampus.
Rizky dan Nana sedang belajar bersama. Nana terlihat bingung dengan materi yang sedang dipelajari.
Nana: Ini kenapa rasanya susah banget sih? (wajah kesal). Aku nggak yakin bisa ngerjain soal ini Ky.
Rizky : (tersenyum). Santai saja Na, gampang kok itu, aku yakin kamu bisa, cuma butuh lebih banyak latihan saja.
Nana : Tapi beneran susah loh Ky. Tapi makasih ya kamu selalu yakin dengan kemampuan ku (tersenyum manis)
Rizky : (merasa canggung). Y-ya, tentu saja. Aku selalu yakin dan mendukung mu kok Na, ayok semangat lagi.
Adegan 2: Malam harinya
Di kamar Rizky. Dia teringat senyum Nana dan merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Rizky : (Monolog). Aku kenapa ya?, kenapa rasanya seperti ini? Apa mungkin aku jatuh cinta padanya?.
Part 6: Pengorbanan untuk Cinta
Adegan 1: Di kelas, Pak Doni memberikan pengumuman bahwa ada beasiswa bagi mahasiswa yang membutuhkan. Nana langsung tertarik, begitupun dengan Rizky juga merasa beasiswa itu penting untuk dirinya.
Pak Dion : Beasiswa ini terbatas hanya untuk satu mahasiswa. Saya harap kalian bisa memanfaatkannya.
Nana : (berbisik ke Rizky). Beasiswa ini sangat bisa membantu keluargaku.
Rizky : (mendengarkan, namun dalam hati). Aku juga butuh beasiswa ini untuk kelanjutkan studiku. (tersenyum kepada Nana).
Adegan 2: Di rumahnya, Rizky mempertimbangkan apakah dia harus bersaing dengan Nana untuk mendapatkan beasiswa itu.
Rizky : (Monolog). Kalau aku mengambil beasiswa ini, Nana mungkin tidak bisa lanjut kuliah. Tapi aku juga butuh untuk studi lanjutan.
Part 7: Keputusan Besar
Adegan 1: Rizky berbicara dengan Pak Dion tentang kebimbangannya antara memilih beasiswa atau membiarkan Nana mendapatkannya.
Rizky : Pak, saya merasa bingung. Beasiswa ini penting untuk saya, tapi teman saya juga membutuhkannya.
Pak Dion : Iya Rizky, terkadang keputusan sulit dalam hidup adalah tentang memilih mana yang lebih bermakna. Karena itu kamu harus melihat ke dalam hatimu.
Adegan 2: Rizky akhirnya memutuskan untuk tidak mendaftar beasiswa, dan diam-diam mendukung Nana agar bisa mendapatkannya.
Rizky : Ini mungkin yang terbaik. Aku ingin dia tetap melanjutkan mimpinya.
Part 8: Cinta yang Terungkap
Adegan 1: Di perpustakaan kampus, Nana mengetahui bahwa Rizky tidak mendaftar beasiswa.
Nana : Rizky, kenapa kamu nggak daftar beasiswa itu? Bukannya kamu juga butuh ya?.
Rizky : Iya, tapi kamu lebih membutuhkannya, Na. Aku yakin kamu bisa melanjutkan pendidikanmu dengan beasiswa itu.
Nana : Ky, kamu kenapa selalu mau berkorban?
Rizky : (tersenyum canggung). Karena aku peduli sama kamu Na.
Adegan 2: Nana terdiam sejenak, lalu akhirnya menyadari perasaan Rizky. Dia merasa terharu dan sedikit bingung.
Nana : (Monolog) Apa mungkin selama ini aku juga merasakan hal yang sama?.
Part 9: Masa Depan yang Tidak Pasti
Adegan 1: Di rumah Rizky, dia mendapat kabar bahwa universitas tempat dia ingin melanjutkan studi menerima beasiswa penuh untuk mahasiswa berprestasi.
Rizky : (Kepada ibunya) Bu, aku dapat kabar baik. Universitas yang ku mau itu menerima beasiswa penuh.
Ibu Rizky : Syukurlah, nak. Semua kerja kerasmu terbayar.
Adegan 2: Rizky merasa senang tapi juga bingung bagaimana caranya mengungkapkan rencananya kepada Nana
Rizky : (Monolog) Aku akan jauh dari sini. Bagaimana dengan perasaanku pada Nana? Haruskah aku memberitahunya.
Part 10: Penutup – Pilihan Terbaik
Adegan 1: Di taman kampus, Rizky dan Nana duduk bersama. Rizky akhirnya mengungkapkan kepada Nana bahwa dia akan melanjutkan studi ke luar kota.
Rizky : Na, aku diterima di universitas yang aku inginkan. Berarti itu artinya aku akan pergi jauh Na. (membendung air matanya).
Nana : (terkejut) “Pergi? Tapi bagaimana dengan kita?.
Rizky : Aku nggak tahu, tapi apapun yang terjadi aku akan selalu mendukungmu, baik-baik kuliah ya Na, aku mencintai mu selalu Nana.
Nana : (Menatap Rizky sembari mengusap air mata)
Adegan 2: Nana menyadari bahwa cinta tidak harus selalu bersama, kadang perlu berpisah terlebih dahulu agar saling mengetahui perasaan satu sama lain. Dia mendukung keputusan Rizky dan percaya pada takdir di masa depan.
Nana : Aku bangga sama kamu, Ky. Kamu lelaki hebat, selamat berproses demi masa depan ya, mungkin ini yang terbaik untuk kita .Tapi kita tetap bisa mendukung satu sama lainkan walau terpisah jarak.
Rizky : (tersenyum) Iya. Terima kasih banyak ya Na. Aku harap suatu hari nanti kita bisa bertemu ya, ketika kita sudah sama-sama bisa menggapai cita-cita kita.
Naskah ini menggambarkan bagaimana cinta dan ambisi pendidikan saling bertemu, beradu dengan perasaan dan ambisi satu sama lain namun pada akhirnya, keduanya harus membuat keputusan penting demi masa depan mereka.
Penulis : Nadia, Mahasiswa PBSI Universitas Rokania
Posting Komentar untuk " "Cinta Dalam Ambisi" Naskah Skenario karya Nadia"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.