Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

“Cukup" Naskah Skenario karya Rosinda

 

                                                                                “Cukup"

 

Judul  : Cukup

Tema  : Keluarga

Tokoh : 1. Tokoh Utama : Rara, Fasia

             2. Tokoh Antagonis : Ayah(Dion) , Ibu( Rina) dan Fasia

             3. Tokoh pendukung :  Kirana dan Sabrina

Setting : Rumah, Kamar, Taman, Sekolah

Alur     : Maju Mundur

Sinopsis:  Cerita ini berawal dari kehidupan keluarga remaja SMA. Keluarga tersebut memiliki 2 putri yang sangat cantik akan tetapi salah satu anak mereka memiliki prestasi yang sangat membanggakan ia bernama Fasia. Putri kedua mereka yang bernama Rara di kenal anak yang pendiam dan kurang memiliki prestasi seperti kakaknya Fasia ia pun sering dibandingkan oleh kedua orang tuanya. Hal tersebut membuat Rara sering mengurung diri dari kehidupan sosial nya ditambah dia sering mendapatkan kekerasan baik secara mental maupun fisik oleh kedua orang tuanya. Hingga sampai pada akhirnya Rara sudah tidak sanggup lagi menahan segala tekanan yang ia hadapi dan menyusun sebuah rencana. Bagaimana kah kelanjutan cerita tersebut dan rencana apa yang akan dilakukan oleh Rara untuk mengakhiri kisah ini? Mari kita simak bersama.

 

SCENE 1: RUMAH KELUARGA - PAGI HARI

Di ruang makan yang sederhana, meja sudah dipenuhi makanan sarapan. Seorang ibu, Bu Rina, sedang mengatur meja. Rara, anak perempuan yang pendiam, duduk di meja sambil menatap makanannya tanpa bicara. Kakaknya, Fasia duduk di sebelahnya, tampak lebih riang dan disayang oleh keluarganya. Ayah, Pak Dion sedang membaca koran.

Bu Rina: (dengan nada ceria) "Yuli, Ibu dengar kamu dapat nilai terbaik lagi di ujian kemarin! Ibu bangga sekali sama kamu. Coba lihat Rara, belajar dari kakakmu! Kamu harus lebih rajin kalau mau sukses seperti Fasia."

Pak Dion: (mendukung) "Iya, Rara. Lihat kakakmu itu. Dia selalu belajar, nggak main-main terus. Kamu itu harus lebih serius."

Rara hanya menunduk, menggenggam sendok tanpa bicara. Matanya berkaca-kaca, tapi ia menahan diri untuk tidak menangis.

Fasia: (sambil tersenyum bangga) "Iya, Ra. Kamu harus lebih usaha biar bisa kayak aku. Jangan malas-malasan."

Rara menggigit bibirnya, merasa tertekan dan terpojok.


SCENE 2: KAMAR RARA - SIANG HARI

Rara duduk di mejanya, di depan buku pelajaran. Namun, pikirannya jauh melayang. Ia melihat ke arah foto keluarganya yang tergantung di dinding—di dalam foto itu, Fasia terlihat selalu menjadi pusat perhatian, sementara Rara tampak tersembunyi di latar belakang, padahal ketika ia masih kecil kedua orang tua mereka memperlakukan keduanya dengan penuh perhatian. Tiba-tiba terdengar ketukan keras di pintu membuyarkan lamunan Rara. Bu Rina masuk tanpa menunggu jawaban.

 

Bu Rina:(dengan nada keras) "Rara! Kenapa kamu belum beres-beres kamar? Ibu udah bilang berkali-kali, jangan malas! Lihat Fasia, kamarnya selalu rapi."

Rara:(berbisik, hampir tak terdengar) "Iya, Bu… maaf."

Bu Rina:(marah) "Maaf terus! Kamu nggak bisa cuma minta maaf,  kalau nggak ada perubahan! Kapan kamu bisa jadi anak yang bener kayak kakakmu?!"

Fara hanya diam, menunduk tanpa melawan. Ibunya keluar dari kamar dengan pintu yang dibanting. Setelah ibunya pergi, Fara menangis pelan, menahan sakit di hatinya.

 

SCENE 3: RUANG TAMU- MALAM HARI

Diruang Tamu keluarga sedang menonton TV bersama. Rara duduk di pojok,  mengamati kakaknya yang sedang bercanda gurau dengan kedua orang tuanya. Bu Rina selalu memuji prestasi Fasia disekolah.

Bu Rina:(sambil tertawa) "kamu ini memang anak kebanggaan ibu. Kalau saja Rara kayak kamu juga pasti akan lebih mudah kehidupan kita"

 

Pak Dion tertawa kecil sambil mengangguk. Fasia tersenyum dengan penuh kemenangan. Sedangkan Rara menatap layar TV dengan kosong seakan akan tidak lagi merasakan apapun.

 

SCENE 4 :SEKOLAH- SIANG HARI

Disekolah Rara berjalan sendirian di Koridor, menunduk seolah tidak ada yang memperhatikan nya. Beberapa temannya sedang ngobrol namun tidak menghiraukan Rara. Ketika hendak melewati kelas Fasia, Rara melihat Fasia dikelilingi teman-temannya tertawa dan bersenang-senang. Fasia melihat Rara dan melambaikan tangannya sembil tersenyum mengejek.

Kirana: "Siapa loh tuh? Adik loh ya" tanya kirana merayu

Sabrina:" Eh gak mungkin lah Fasia punya adik tampang nya kayak gitu. Aku denger dari siswa lain dia itu termasuk siswa terbodoh di SMA kita ya kali bersaudara dengan Fasia yang smart gini. Betul gak sia? (Ejek Sabrina kepada Rara)

Fasia:" Yupzz betul banget"(sambil tertawa lepas)

Rara tidak mendengarkan ocehan  Fasia dan gengnya dan berlalu pergi meninggalkan mereka dengan wajah datar.

 

SCENE 5 :RUMAH - SORE HARI.

Didapur Rara sedang mencoba membantu ibu memasak. Ia tidak sengaja menjatuhkan piring menyebabkan pecahan pirin di lantai. Ibu Rina datang dan memarahi Rara.

Bu Rina: (Berteriak) Rara Apa-apan ini. Kamu tuh ya memang gak bisa apa-apa. Lihat kakakmu gak pernah berbuat masalah seperti kamu ini!

Rara:(menangis dan berusaha merapikan pecahan piring) "maaf Bu Rara gak sengaja".

Bu Rina:(marah mencubit dan memukuli tubuh Rara menggunakan sepatula) maaf terusss kamu memang gak ada gunanya! Kenapa kamu gak bisa jadi anak baik seperti Fasia? !.

Rara menangis kesakitan, tetapi tidak membalas perbuatan ibu nya kepadanya. Setelah ibunya pergi Rara terduduk di lantai sambil merasakan rasa sakit fisik dan emosional yang sedang bercampur di benaknya.

SCENE 6 :TAMAN- MALAM HARI

Rara duduk di ayunan didepan taman dekat rumahnya sendirian dalam gelap, Ia terlihat putus asa sambil memandangi langit malam. Air matanya mengalir deras namun ia berusaha menahan isak tangisnya.

Tiba-tiba Fasia datang dan duduk di ayunan sebelah Rara, masih dengan sikap sombongnya.

 

Fasia:(senyum sinis) "Ra, kamu gak lelah? Selalu disalahin? Selalu dibanding-bandingin? Hahah aku bahkan gak perlu berusaha lebih keras untuk menjadi yang terbaik dalam keluarga ini". Ceketus Fasia dengan gaya sombongnya.

Rara:(sambil terisak) " Kenapa..... Kenapa kakak selalu begitu kak? Aku hanya ingin diperhatikan....... Aku cuma ingin mereka lihat aku juga....

Fasia:(tersenyum sinis) "itu masalah mu. Kamu terlalu lemah, Ra. Kalau kamu mau diperhatikan ya tunjukkan kalau kamu pantas. Tapi, sayangnya kamu bukan aku".(tertawa sambil pergi meninggalkan Rara)

Rara dengan penuh amarahnya karena perkataan sang kakak yang menurut sudah melewati batas kesabaran nya. Tanpa kesadaran penuh Rara menjambak Rambut dan mencekik Fasia hingga tehatuh ketanah dan ia kesulitan bernapas.

Fasia:(mencoba melepaskan tangan Rara) Ra..... Ra....

Cengkraman Rara semakin menjadi-jadi membuat Fasia benar-benar tidak bernapass lagi. Menyadari hal tersebut membuat tangan Rara merasa kebas. Ia merasa puas dengan apa yang telah diperbuatnya. Ketika melihat Ibunya keluar Rumah yang hendak mencari putri Fasia. Rara langsung berlari secepat kilat meninggalkan jasad Fasia. Ibu yang melihat Fasia tergeletak terkejut dan menangis.

Ibu Rina:(berteriak) "Ayahhhh, Ayahhhh

Mendengar teriak sang istri ayah pun bergegas keluar rumah

Pak Dion:"ada apa bu? Apa yang terjadi pada Fasia? "

Ibu Rina:" Ibu juga tidak tahu yah, Tiba-tiba Fasia tergeletak di sini"(dengan wajah cemas sambil memangku kepala Fasia)

Pak Dion:"Ayo kita bawa dia ke rumah sakit bu "

RUMAH SAKIT

Sesampainya di rumah sakit Dokter langsung memeriksa keadaan Fasia namun dokter mengatakan bahwa Fasia telah tiada.

Dokter:"mohon maaf Bu anak ibu sudah meninggal dunia sejak 1 jam yang lalu" Dengan nada suara sedih.

Ibu Rina:"Apa dok. Tidakkkk Fasiaaa"(sambil memeluk Fasia)

Pak Dion:"kalau boleh tahu mengapa bisa anak saya meninggal dok? Soalnya dia sedang baik baik saja. "

Dokter:" Melalui pemeriksaan saya tadi ada bekas cekikan dileher beliau Pak. "

Pak Dion segera meluncur kerumah dan memeriksa CCTV yang merekam kegiatan kedua putrinya semalam. Benar saja Pak Dion dikejutkan dengan adegan semalam dan tak habis pikir Rara mampu berbuat demikian terhadap saudara kandungnya.

Pak Dion:"Kurang ajar kamu Rara"(berteriak sambil menghacurkan benda yang dihadapannya).

1 tahun insiden tersebut Rara sangat sulit untuk ditemukan keberadaan sehingga membuat Pak Dion dan Ibu Rina harus menerima kenyataan pahit yang terjadi ditengah-tengah keluarga nya.

Selesai

 

Penulis : Rosinda, Mahasiswa PBSI Universitas Rokania.


 

 

 

 

 

Posting Komentar untuk "“Cukup" Naskah Skenario karya Rosinda"

Kami menerima Kiriman Tulisan dari pembaca, Kirim naskah ke dengan subjek sesuai nama rubrik ke https://wa.me/+6282388859812 klik untuk langsung terhubung ke Whatsapp Kami.