"SALAH KAPRAH JADI AMARAH" episode #2 (Cerbung) Karya Anita Adam
SALAH KAPRAH JADI AMARAH
Penulis: Arnita Adam
Lihat episode 1 sebelumnya di https://www.lenggokmedia.com/2024/10/salah-kaprah-jadi-amarah-cer-bung.html
Episode 2
*****
Pencarian calon istri untuk Dhika mulai dilaksanakan. Penulusuran dimulai ke arah selatan kota Medan merupakan area yang dipilih untuk mencari sang jodoh anak mereka, alasannya karena daerah ini masih memegang adat istiadat dengan kuat, jadi kalau untuk mencari wanita seperti itu pasti mudah di dapatkan disana.
Sudah dua hari perjalanan mereka menuju ke selatan, aroma udara segar khas pegunungan menyegarkan dan menyehatkan, juga pemandangan sawah nan menghijau ditepi jalan-jalan menambah keindahan panorama alam, namun sang gadis belum juga ditemukan, setiap desa mereka sudah memeriksa apa ada gadis yang memiliki rambut yang panjangnya melebihi lutut. tetapi yang dicari belum juga berjumpa, paling-paling yang ditemukan hanya gadis yang memiliki rambut sepinggang.
Mobil mereka sudah memasuki Tapanuli Selatan, semakin jauh, mereka semakin menjumpai desa-desa yang penduduknya semakin kuno, yang menurut pemikiran Dhika adalah penduduk yang semakin unik dan antik, hal yang perlu di lestarikan dan di budayakan, bayangkan saja para gadis masih menggunakan sarung batik dalam kehidupan sehari-hari, hal ini bisa di jumpai di pasar-pasar tradisional, di zaman yang serba canggih seperti ini, dimana rok, gamis, abaya, sudah menjadi pakaian sehari-hari bagi wanita, bahkan bukan itu saja berkembangnya mode pakaian wanita yang bermacam-macam, mulai dari pakaian muslim, pakaian modern, sampai celana, tapi kok malah didesa ini para anak gadis masih tetap bertahan mengenakan kain batik.
Begitu juga para pemudanya, kalau para gadis memakai batik, para pemuda memakai sarung hal ini dapat dilihat di lapangan bola volly ketika para pemuda berlatih, mereka bermain memakai sarung, bagaimana kalau main sepak bola pake sarung juga pasti banyak yang terjatuh saat berlari dan banyak yang cedera, pikir Dhika tapi menurut Dhika ini benar-benar unik.
Mereka segera berhenti di desa yang unik itu, sang kepala desa menerima kehadiran sang wali kota Medan itu dengan gembira,
“Jadi pak, apa yang bisa kami bantu?” sapa bapak kepala desa membuka pembicaraan
“Kalau tidak merepotkan kami ingin mencari menantu untuk anak kami ini” jawab sang wali kota menyampaikan maksudnya
“Dengan senang hati kami akan membantu, nanti siang kami akan mengumpulkan semua gadis yang ada di desa Batang Gadis ini, di Balai Desa, sehabis sholat Zuhur, untuk mendata gadis yang berambut panjang, bagaimana pendapat bapak” usul kepala desa itu
“Oh...boleh” jawab sang wali kota
“Kalau begitu kita sebaiknya makan dulu bersama-sama” sambung kepala desa kembali.
Setelah sholat Zuhur para gadis di desa itu sudah berkumpul di Balai Desa sebagaimana yang dijanjikan kepala desa, mereka bersolek habis-habisan, tapi mereka tetap mengenakan kain batik, mereka sangat senang karena mendengar mereka akan dipilih menjadi menantu walikota Medan dan berharap kalau salah satu diantara mereka terpilih menjadi menantu sang walikota tersebut.
Dhika segera meminta staff karyawan Desa tersebut untuk mendata rambut gadis Desa Aek Raja itu satu persatu, yang dipandang bukan wajahnya yang utama, melainkan rambutnya.
Akhirnya Dhika tersenyum karena sudah menemukan sosok gadis yang sudah 10 tahun diimpikannya.
Dhika segera mendekati ayahnya dan menyampaikan gadis pilihannya itu, lalu sang ayah segera pula menyampaikan berita itu kepada kepala desa,
“Jadi Dhika memilih Nurmila” ucap kepala desa memberi komentar
“Namanya Nurmila” kali ini Dhika yang menimpali, dalam hatinya terus memuji ciptaan tuhan yang satu ini, wajahnya terlihat lugu, rambutnya panjang melebihi lutut ia gadis berambut terpajang yang pernah aku lihat, kalau ada pemilihan rambut terpajang mungkin Nurmila ini akan mendapat rekor MURI, rambutnya ini hampir menyentuh mata kaki dan sepertinya ia anak yang pemalu, gadis yang seperti ini yang aku cari-cari selama ini, kata-kata itu hanya mampu di ucapkan Dhika dalam hati saja.
Mereka tidak segera kembali ke kota Medan, karena Dhika ingin cepat melangsungkan pernikahan, maka acara marsapa (artinya bertanya, sesuai adat istiadat di Tapanuli apabila hendak menikah dilakukan marsapa terlebih dahulu, acaranya berisi kapan ditentukannya pernikahan, hal ini sama dengan acara tunangan namun dalam konsep adat istiadat tradisional).
Setelah ditetapkannya tanggal pernikahan yaitu 2 minggu yang akan datang, keluarga Dhika pun kembali ke Medan, tetapi terlebih dahulu mereka sudah meninggalkan semua biaya resepsi pernikahan kepada orang tua Nurmila.
**
To be continued
Posting Komentar untuk ""SALAH KAPRAH JADI AMARAH" episode #2 (Cerbung) Karya Anita Adam"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.