Titisan Cinta Sang Putri Dewi (Naskah Skenario Pendek karya Ratih)
1. Judul: Titisan Cinta Sang Putri Dewi
2. Tema: Cinta yang terhalang oleh takdir dan pengorbanan demi keseimbangan alam. (Cinta dan dongeng/legenda)
3. Tokoh:
1. Putri Dewi Kayana: Seorang putri cantik yang merupakan titisan dewi dari langit, terlahir untuk menjaga keseimbangan alam.
2. Raka: Seorang pemuda pemburu yang sederhana, penuh rasa ingin tahu, yang tanpa sadar terlibat dalam takdir dewi.
3. Dewa Langit Arjaka: Dewa penjaga yang berusaha melindungi dunia dari ketidakseimbangan dengan mengorbankan cinta Putri Dewi.
4. Ratu Selatan: Penguasa lautan yang menjadi musuh Dewi Kayana, berusaha menghancurkan keseimbangan alam demi kekuasaan.
4. Setting:
· Hutan Awan Abadi: Hutan sakral tempat Dewi Kayana turun dari langit. Penuh kabut putih, pepohonan menjulang tinggi, dan bunga-bunga yang bercahaya di malam hari.
· Desa Lereng Gunung Merbabu: Sebuah desa kecil di lereng gunung yang tenang namun sering dihantui bencana alam akibat ketidakseimbangan alam.
· Langit Senja Merah: Tempat pertemuan rahasia antara Dewi Kayana dan Raka, dengan langit senja yang memerah diiringi hembusan angin dingin dari pegunungan.
· Istana Langit: Istana tempat para dewa tinggal, jauh di atas awan, penuh dengan cahaya putih keperakan.
5. Alur: Alur cerita adalah maju, dengan kilasan mundur sesekali untuk menjelaskan latar belakang tokoh dan peristiwa penting. Cerita berfokus pada perkembangan hubungan antara Raka dan Dewi Kayana, yang membawa pada klimaks di mana pengorbanan menjadi jalan satu-satunya.
6. Sinopsis:
Kisah ini menceritakan tentang Dewi Kayana, seorang dewi dari langit yang ditugaskan untuk menjaga keseimbangan alam. Dalam menjalankan tugasnya, ia bertemu dengan Raka, seorang pemburu dari desa kecil di lereng gunung. Meskipun hubungan antara dewa dan manusia dilarang karena bisa mengganggu keseimbangan alam, cinta antara Dewi Kayana dan Raka tumbuh perlahan.
Namun, cinta mereka membawa kehancuran, karena alam mulai bergejolak. Dewi Kayana terpaksa memilih antara cintanya dan tugasnya. Akhirnya, Raka memilih untuk berkorban agar cinta mereka tak menghancurkan dunia, dan mereka hidup sebagai penjaga hutan, menjaga cinta mereka dibalik tirai keabadian.
7. Dialog:
Bagian 1: Pertemuan di Hutan Awan Abadi
Suara angin berbisik di antara pepohonan, kabut perlahan menipis. Di tengah Hutan Awan Abadi, hutan sakral yang jarang disentuh manusia, cahaya matahari terhalang oleh pepohonan tinggi. Suara gemerisik dedaunan dan bunga-bunga liar yang bercahaya samar mengisi keheningan. Seorang pria bernama Raka, tampak berjalan di tengah hutan, matanya terpaku pada sosok wanita berbaju putih, berdiri di tengah padang bunga yang bersinar.
Raka: (berbisik pada dirinya sendiri, seolah takut suara bisa menghancurkan keindahan di depannya). "Siapa dia? Tidak mungkin ada manusia di tempat ini. Tapi... wajahnya... begitu lembut, begitu indah, seperti mimpi."
(Raka, yang awalnya hanya berdiri terdiam, perlahan mendekat, terhipnotis oleh kecantikan wanita itu. Wanita tersebut, dengan gerakan anggun, tampak tidak menyadari kehadiran Raka.)
Raka: (dengan suara lirih, namun tegas) "Maaf... Kau... Kau siapa? Bagaimana bisa kau berada di sini? Ini hutan yang berbahaya... Kau mungkin tersesat."
(Wanita itu tidak menoleh. Sebaliknya, ia berdiri diam, seperti patung yang menyatu dengan alam. Namun, tiba-tiba angin kencang bertiup, dan wanita itu perlahan mulai memudar di balik kabut.)
Raka: (panik, berlari ke arah wanita yang mulai menghilang) "Tunggu! Jangan pergi! Aku... Aku harus tahu siapa dirimu!"
(Tepat saat Raka hampir mendekatinya, wanita itu hilang sepenuhnya, menyatu dengan kabut. Raka terdiam di tempatnya, bingung. Namun, suara lembut tiba-tiba terdengar di sekitar, bergema di udara.)
Dewi Kayana:(suara penuh kelembutan, namun tegas) "Kau tidak seharusnya berada di sini, Raka. Dunia kita berbeda. Kehadiranmu hanya akan membawa kesulitan yang tidak kau pahami. Pergilah sebelum terlambat."
Raka:(terkejut, mencari asal suara, matanya melebar) "Siapa kau? Bagaimana kau tahu namaku? Apa kau roh penjaga hutan ini? Apa kau..." (menghela napas sejenak, menatap hutan yang sunyi) "Apa kau manusia, atau lebih dari itu?"
(Suara Dewi Kayana kembali terdengar, namun kali ini lebih mendesak.)
Dewi Kayana: "Aku bukan manusia, dan itu sebabnya kau harus menjauh. Dunia kita tidak boleh bersentuhan. Pergilah, Raka, sebelum takdir kita terjalin lebih dalam."
Raka: (dengan tekad yang kuat) "Tidak! Aku tidak bisa meninggalkanmu. Setiap kali aku berjalan di hutan ini, aku merasa ada sesuatu yang mengikatku padamu. Aku harus tahu siapa dirimu. Kau tidak bisa hanya menghilang begitu saja."
Dewi Kayana: (dengan nada sedih) "Kau tidak mengerti. Ini bukan tentang apa yang kau inginkan. Jika kau mendekat, jika kita saling mengenal lebih jauh, akan ada konsekuensi besar. Alam ini tidak bisa menerima cinta yang tak diizinkan. Pergilah, Raka."
(Kabut semakin menebal, dan suara Dewi Kayana perlahan memudar, meninggalkan Raka sendirian di tengah hutan. Namun, tekad Raka semakin kuat.)
Raka: (dengan suara pelan namun penuh ketegasan) "Aku akan kembali. Aku tidak bisa menyerah begitu saja."
Bagian 2: Peringatan Dewa Arjaka
Di atas awan, di Istana Langit, Dewi Kayana berlutut di depan Dewa Langit Arjaka, di dalam ruangan bercahaya putih perak. Cahaya itu memantulkan kemegahan istana, namun wajah Arjaka penuh dengan ketegangan dan keseriusan.
Arjaka: (dengan suara yang dalam dan penuh wibawa) "Kayana, kau melanggar tugasmu sebagai penjaga alam. Kau tahu aturan. Tidak ada cinta yang boleh tumbuh antara manusia dan dewa. Kau telah membiarkan hatimu terjerat pada sesuatu yang dilarang."
Dewi Kayana: (dengan kepala tertunduk, suaranya lirih penuh penyesalan) "Aku tidak bisa mengendalikannya, Arjaka. Hatiku... hatiku tertarik padanya sejak pertama kali aku melihatnya. Setiap kali aku berusaha menjauh, perasaan ini semakin kuat."
Arjaka: (menggeram pelan, berjalan mendekat) "Perasaanmu bukan hanya masalah pribadi, Kayana. Cinta ini…cinta terlarang antara dewa dan manusia, bukan sekadar pelanggaran kecil. Cinta itu membawa kehancuran pada keseimbangan alam. Jika kau terus membiarkannya tumbuh, alam akan mulai memberontak. Sudah ada tanda-tandanya."
Dewi Kayana: (mengangkat wajah, air matanya mengalir) "Tapi mengapa cinta harus dihukum, Arjaka? Mengapa perasaan yang tulus ini menjadi ancaman? Apa salahnya jika aku mencintai seorang manusia? Aku hanya ingin merasakan apa yang mereka rasakan..."
Arjaka: (dingin, dengan nada penuh kewaspadaan) "Tugasmu lebih besar dari perasaan pribadi, Kayana. Kau diutus ke bumi untuk menjaga keseimbangan, bukan untuk melibatkan dirimu dalam kisah cinta manusia. Jika kau terus melanjutkan ini, bencana yang lebih besar akan datang. Gunung akan meletus, lautan akan menggulung... Kau siap melihat dunia ini hancur?"
Dewi Kayana: (suaranya bergetar, memalingkan wajah) "Aku... aku tidak ingin dunia ini hancur, tapi aku tidak bisa mengabaikan perasaanku. Hatiku telah terikat padanya. Bagaimana aku bisa melepaskannya?"
Arjaka: (dengan tegas, suaranya semakin keras) "Jika kau ingin mencegah kehancuran, maka kau harus melepaskan cinta itu. Kau harus memilih, Kayana. Apakah kau akan menjadi penjaga keseimbangan alam, atau kau akan membawa dunia ini menuju kehancuran dengan cinta terlarangmu?"
Bagian 3: Perasaan yang Mendalam
Langit senja memerah dengan angin lembut yang berhembus dari pegunungan. Raka dan Dewi Kayana duduk di atas batu besar, memandang cakrawala. Di bawah cahaya senja, rambut Dewi Kayana berkilauan seperti cahaya rembulan. Suasana tenang namun berat, seolah-olah alam ikut merasakan beban yang ada di antara mereka.
Raka: (suaranya penuh kelembutan, namun tetap kuat) "Setiap kali aku bersamamu, Kayana, rasanya seperti dunia ini tidak lagi nyata. Seperti kita sedang berada di tempat yang hanya milik kita. Aku mungkin hanya seorang pemburu sederhana, tapi aku tahu satu hal dengan pasti... aku mencintaimu."
(Kayana terdiam, menatap cakrawala. Matanya berkaca-kaca, tetapi ia tidak menoleh.)
Dewi Kayana: (dengan suara gemetar) "Raka... Kau tak tahu apa yang kau katakan. Cinta ini... cinta yang kita rasakan... adalah sebuah kutukan. Dunia kita berbeda, dan alam tidak akan membiarkan kita bersatu. Kau lihat langit di atas kita? Badai sudah mulai berkumpul. Ini semua karena perasaan kita yang tak diizinkan."
Raka: (menggenggam tangan Kayana dengan lembut) "Kalau begitu biarkan badai datang! Aku tidak peduli. Apa arti hidup jika aku harus melepaskan cinta yang begitu tulus? Kita bisa menghadapi apapun bersama. Cinta ini bukan kesalahan, Kayana. Kesalahan adalah jika kita menyerah pada rasa takut dan tidak memperjuangkannya."
Dewi Kayana: (menunduk, air mata mengalir di pipinya) "Aku juga mencintaimu, Raka. Tapi kau tak tahu apa yang akan terjadi. Dunia ini akan hancur... Alam sudah mulai memberontak. Gunung mulai mengguncang, lautan bergelombang. Ini semua karena kita. Aku... Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi."
Raka: (dengan suara tegas, penuh keyakinan) "Jangan katakan itu! Aku percaya pada cinta kita. Alam mungkin menentang kita sekarang, tapi aku yakin ada cara untuk menyeimbangkan segalanya. Aku tidak akan membiarkan dunia ini hancur, tapi aku juga tidak akan membiarkan kau pergi. Kita akan menemukan cara bersama."
Dewi Kayana: (bergetar, menangis) "Tapi... apa yang harus kita lakukan, Raka??? Setiap hari, alam semakin tidak stabil. Kita tidak punya waktu lagi. Aku harus kembali ke tempatku, ke langit, atau bencana yang lebih besar akan datang."
Raka: (menggenggam tangan Kayana erat, menatap matanya) "Jangan pergi. Jika kau pergi, aku akan kehilangan segalanya. Kita bisa melawan ini bersama, Kayana. Kau dewi, aku hanya manusia, tapi perasaan kita lebih kuat dari apa pun. Kau harus percaya padaku."
(Dewi Kayana diam, air matanya mengalir semakin deras, sementara angin bertiup kencang, tanda bahwa badai besar akan segera datang. Namun, dalam hatinya, ia merasa bahwa keputusan besar harus segera diambil.)
Bagian 4: Alam Mengamuk
Angin kencang menghempas pepohonan, dan badai mulai mengamuk di sekitar hutan. Petir menyambar, dan langit berubah menjadi gelap. Di tepi pantai, Ratu Selatan berdiri dengan penuh kepuasan, mengawasi kehancuran yang mulai terjadi.
Ratu Selatan: (dengan suara tajam dan tawa sinis) "Lihatlah! Alam yang pernah dijaga oleh para dewa kini mulai memberontak! Cinta terlarang itu menghancurkan segalanya. Dunia akan segera menjadi milikku, dan kau, Dewi Kayana, akan melihat hasil dari pengkhianatanmu terhadap takdir."
(Di tengah badai, Dewi Kayana berdiri di puncak bukit, memandang laut yang bergelombang dan langit yang penuh petir. Wajahnya dipenuhi kepedihan.)
Dewi Kayana: (suaranya bergetar) "Ini semua salahku. Cinta yang tak seharusnya ada... Alam memberontak karena aku dan Raka. Tapi aku tidak bisa... Aku tidak bisa menyerahkan cinta kami begitu saja."
Raka: (berdiri di samping Kayana, menatap langit dengan marah) "Kami tidak akan membiarkan mereka menang, Kayana. Kita akan bertarung! Apa pun yang terjadi, kita akan melawan!"
Dewi Kayana: (menangis) "Tapi kita tidak bisa melawan kekuatan sebesar ini, Raka. Alam... mereka terlalu kuat. Aku harus kembali ke langit dan menghentikan ini sebelum segalanya terlambat. Jika aku tidak pergi sekarang, dunia ini akan hancur."
Raka: (dengan tegas) "Aku tidak akan membiarkanmu pergi. Jika kita harus bertarung melawan alam, maka kita akan bertarung bersama."
(Angin semakin kencang, dan badai mulai menghancurkan pepohonan di sekitar mereka. Cahaya kilat menyambar di langit, dan suara gemuruh memenuhi udara. Dewi Kayana menatap Raka, air mata mengalir deras.)
Dewi Kayana: (dengan penuh rasa sakit) "Raka... aku tidak punya pilihan. Aku harus melindungi dunia ini. Bahkan jika itu berarti aku harus kehilanganmu."
Bagian 5: Pengorbanan Raka
Di puncak bukit, badai semakin menggila. Petir menyambar di sekitar Raka, tetapi ia tetap berdiri teguh, menatap langit yang bergejolak. Tubuhnya gemetar, tetapi hatinya penuh dengan keteguhan.
Raka: (memandang ke langit, berbicara dengan suara lantang) "Dengar aku, wahai alam semesta! Jika cinta kami yang menyebabkan kehancuran ini, maka ambillah aku. Jika hidupku bisa menyeimbangkan kembali dunia ini, aku rela mengorbankannya! Demi Kayana, demi cinta kami!"
(Tiba-tiba, cahaya petir menyambar Raka. Tubuhnya mulai bersinar terang, dan perlahan-lahan ia mulai menyatu dengan alam. Kayana berteriak, berusaha mendekatinya, namun kekuatan alam menahannya.)
Dewi Kayana: (menangis keras, berteriak) "Tidak! Jangan pergi! Jangan tinggalkan aku, Raka... Aku tidak bisa hidup tanpamu!"
Raka: (suaranya mulai memudar, namun ia tersenyum penuh kedamaian) "Aku selalu bersamamu, Kayana. Cinta kita tidak akan pernah berakhir. Percayalah... meski aku bukan lagi manusia, aku akan selalu di sisimu, di setiap hembusan angin, di setiap dedaunan yang bergerak."
(Raka menghilang dalam cahaya terang, menyatu dengan alam. Badai perlahan mereda, dan angin berubah menjadi hembusan lembut yang menenangkan. Dewi Kayana terjatuh, menangis tanpa suara di atas tanah.)
Bagian 6: Cinta yang Abadi
Beberapa waktu kemudian, hutan kembali tenang. Badai telah berlalu, dan alam kembali damai. Di tengah hutan, Dewi Kayana berjalan sendirian, ditemani hembusan angin lembut yang berbisik di sekelilingnya. Matahari terbenam di cakrawala, memberikan kehangatan pada dunia yang baru dipulihkan.
Dewi Kayana: (dengan suara lembut, berbicara pada angin) "Raka... meski kau telah menjadi bagian dari alam, aku bisa merasakan kehadiranmu di sini. Kau tidak pernah benar-benar pergi. Di setiap hembusan angin, di setiap gerakan daun, aku merasakan cintamu. Kau abadi di hatiku."
(Angin bertiup lembut, membawa aroma bunga-bunga liar. Bunga-bunga kecil beterbangan di sekitar Dewi Kayana, seperti menyampaikan pesan cinta dari Raka. Ia tersenyum lembut, air mata bahagia jatuh dari matanya.)
Dewi Kayana: (sambil memejamkan mata, tersenyum lembut) "Kita mungkin terpisah oleh takdir, tapi cinta kita tetap abadi. Kau dan aku, dalam keabadian alam ini."
(Angin terus berhembus lembut di sekeliling Dewi Kayana, menyelimuti tubuhnya dalam kehangatan cinta yang tak pernah pudar. Cinta mereka mungkin tidak bisa bersatu secara fisik, namun cinta itu tetap hidup di dalam jiwa alam semesta.)
TAMAT
Penulis Naskah : Ratih
Mahasiswa PBSI Universitas Rokania
Dalam cerita titisan cinta sang putri dewi ini memiliki potensi besar sebagai kisah dongeng modern dengan daya tarik emosional yang kuat. Dengan sedikit penyesuaian pada plot dan karakter, cerita ini bisa menjadi karya yang menyentuh hati sekaligus menampilkan visual indah tentang cinta, pengorbanan, dan alam.
BalasHapusCerita titisan cinta sang puti Dewi sangat menyentuh dengan dongeng yang sangat membuat pembaca tetap stay, apalagi kisah nya yang sangat sedih , terutama ny mewakili laki laki di dunia ini yg juga kehilangan sang kekasih nya😁
BalasHapusNaskah ini bagus karena menggunakan bahasa yang puitis dan atmosfer langit yang megah menambah kesan epik pada cerita ini. Namun, naskah bisa lebih diperkuat dengan menggali lebih dalam perasaan dan dilema batin Dewi Kayana, agar penonton lebih bisa merasakan kompleksitas emosionalnya.
BalasHapusSkenario ini sudah cukup bagus tapi lebih di kuat kan lagi rasa penasaran dan di lema bagi pembaca
HapusCerita Titisan Cinta Sang Putri memiliki setting yang unik bisa menarik minat pembaca.
BalasHapus-hutan Awan Abadi
- desa lereng gunung merbabu
- langit senja merah
- Istana Langit
Dari 4 setting di atas menurut saya sangat menarik minat pembaca, meski hanya khayalan semata tapi mampu menghipnotis pembaca untuk masuk ke dalam cerita tersebut.
Alur ceritanya sangat menarik, bertemakan cinta sangat banyak di sukai dikalangan remaja. Dan ketika kita mencintai seseorang kita harus siap mengorbankan segalanya.
BalasHapusPada cerita titisan cinta sang putri Dewi ,cinta mereka menghadapi berbagai macam ujian,dari kekuatan jahat,yang ingin menghancurkan negri,namun dalam kesetiaan dan keabadian dewi,mampu merasakan keberadaan Raka.
BalasHapusKisah cerita ini menggabungkan dua kisah yang kuat dan pengorbanan.
Alur ceritanya bagus dan menarik.
naskah ini kalau dilihat dari cover cukup menarik apalagi di latari seorang Dewi putri yang tampak sangat bercahaya, ini menjadi point plus untuk menarik minat seseorang untuk membaca cerita ini. setting,tokoh alur dan dialog semuanya sudah jelas
BalasHapusCerita titisan cinta sang putri dewi memiki alur yang menarik yang membuat pembaca terhipnotis. Yang mana bertemakan cinta dan sebuah pengorbanan.
BalasHapusNaskah ini menjanjikan perkembangan yang menarik dalam alur cerita fantasi yang romantis namun penuh tantangan.
BalasHapusCerita ini menggambarkan tantangan dilema cinta yang terhalang oleh kekuatan takdir. Membutuhkan banyak pengorbanan demi keseimbangan. Jiwa fantasi mengelabui cerita tersebut.
BalasHapus