Kerangka Dasar Ajaran Akidah dalam Islam
KERANGKA DASAR AJARAN AQIDAH DALAM ISLAM
Penulis1 Zaydan Azfar
Penulis2 Septian Cahaya
Penulis3 Ulil Abshor
Penulis4 Kusumawati, MA
DAFTAR ISI
KERANGKA DASAR AJARAN AQIDAH DALAM ISLAM…..
1. Pengertian Aqidah................................ 3
2. Syari’ah...................................................... 3
3. Akhlaq....................................................... 4
4. Berbagai Aspek Lain Ajaran Islam........ 4
5. Kesimpulan.................................................5
DAFTAR PUSTAKA………............................................ 6
1. Aqidah
Aqidah adalah bentuk masdar dari kata "Aqoda, Yaqidu, 'Aqdan- "Aqidatan" yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan kokoh. Sedangkan secara teknis, aqidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan, dan tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud aqidah adalah kepercayaan yang menghunjam atau tersimpul di dalam hati. Sedangkan menurut istilah, aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa sehingga menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur oleh keraguan.
Menurut M. Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa (bahasa Arab) ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih dari padanya. Adapun aqidah menurut Syaikh Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis yang dituntut pertama- tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh keragu-raguan.
Aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri bahkan melebihinya. Sedangkan Syekh Hasan Al-Bannah menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu- raguan.[1]
Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan "Tauhid" yaitu keyakinan tentang wujud Allah, Tuhan yang maha esa, tidak ada yang menyekutuinya, baik dalam zat, sifat-sifat maupun perbuatan-perbuatannya Berdasar uraian tersebut dapat jelaskan bahwa aqidah adalah keyakinan dalam hati yang tidak memliki keraguan sedikit pun.
Aqidah dibangun atas enam dasar keimanan yang lazim disebut Rukun Iman. Rukun Iman meliputi:
1. Iman kepada Allah Swt,
2. Iman kepada para malaikat,
3. Iman kepada kitab-kitab,
4. Iman kepada para Rasul,
5. Iman kepada hari akhir, dan
6. Iman kepada Qodha dan Qodar.
Allah berfirman dalam QS. An-Nisa' ayat 136:
يَايُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُوْلِهِ وَالْكِتُبِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُوْلِهِ وَالْكِتُبِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَبِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلُّلًا بَعِيدًا
Artinya: "Wahai orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang diturunkan kepada rasul-Nya sertakitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, Rasul-Nya, hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telahsesat sejauh-jauhnya". (QS. An-Nisa': 136)
Berdasarkan enam fondasi tersebut, maka keterikatan setiap muslim yang semestinya ada pada jiwa setiap muslim adalah:
1. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang terakhir, mengandung syariatyang menyempurnakan syariat syariat yang diturunkan Allah sebelumnya.
2. Meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar di sisi Allah. Islam datang dengan membawa kebenaran yang bersifat absolute guna menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia selaras dengan fitrahnya.
3. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang universal serta berlaku untuk semua manusia dalam segala lapisan masyarakat dan sesuai dengan tuntutan budaya manusia. [2]
Kedudukan Aqidah dalam Islam
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain seperti ibadah dan akhlak adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.
Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para nabi dan rasul mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.
B. Syari'ah
Syari'ah adalah kompenen dasar Islam yang kedua, Secara bahasa syari'ah berasal dari kata syara yang berarti menjelaskan dan menyatakan sesuatu atau dari kata Asy-Syir dan Asy Syari'atu yang berarti suatu tempat yang dapat menghubungkan sesuatu untuk sampai pada sumber air yang tak ada habis- habisnya sehingga orang yang membutuhkannya tidak lagi butuh alat untuk mengambilnya.
Pengertian syari'ah secara istilah syari'ah berarti aturan atau undang- undang yang diturunkan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur hubungan sesama manusia, dan hubungan manusia. dengan alam semesta. Syariah mengatur hidup manusia sebagai individu, yaitu hamba Allah yang harus taat, tunduk, dan patuh kepada Allah. Ketaatan, ketundukkan, dan kepatuhan kepada Allah dibuktikan dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang tata caranya diatur sedemikian rupa oleh syari,ah Islam.
Syari'ah berisi peraturan dan perundang-undangan yang mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan manusia. Syari'at adalah sistem nilai yang merupakan inti ajaran Islam. Syari'ah atau sistem nilai Islam yang diciptakan oleh Allah sendiri. Dalam kaitan ini. Allah sebagai pencipta hukum.
Sistem nilai Islam secara umum meliputi 2 bidang, yaitu:
1. Syari'ah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah mahdah atau khusus). Disebut ibadah mahdah karena sifatnya yang khas dan sudah ditentukan secara pasti oleh Allah dan dicontohkan secara rinci oleh Allah. Dalam konteks ini, syari'at berisikan ketentuan tentangtata cara peribadatan manusia kepada Allah, seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, haji.
2. Syari'ah yang mengatur hubungan manusia dengan sesama makhluk lainnya (mu'amalah). Mu'amalah meliputi ketentuan perundang-undangan yang mengatur segala aktivitas hidup manusia dalam pergaulan dengan sesamanya dan alam sekitarnya.[3]
Adanya sistem mu'amalah ini membuktikan bahwa Islam tidak
meninggalkan urusan dunia, bahkan tidak pula melakukan pemisahan terhadap persoalan dunia maupun akhirat. Bagi Islam, ibadah yang diwajibkan Allah atas hambanya bukan sekedar bersifat formal belaka, melainkan disuruhnya agar semua aktivitas hidup dijalankan manusia hendaknya bernilai ibadah. Ajaran ini sesuai dengan ajaran Islam tentang tujuan diciptakannya manusia supaya beribadah. Allah berfirman dalam QS. Az-Zariyat, ayat 56: وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: "Dan tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya beribadah kepada-Ku". (QS. Az-Zariyat: 50)
Hubungan ini disebut pula dengan ibadah gairu mahdah atau umum karena sifatnya umum, di mana Allah atau rasul-Nya tidak memerinci secara khusus caranya dan jenis perilakunya, tetapi hanya memberikan prinsip dasarnya saja.
C. Akhlak
Kata akhlak secara etimologis berasal dari bahasa arab Akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.[4]
Secara terminologis, Imam al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan. dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[5] Al-Ghazali membagi akhlak menjadi dua yaitu Akhlak Mahmudah (terpuji) dan Akhlak Mazmumah (tercela).
Akhlak Mahmudah ditandai dengan meyakini adanya Allah, melaksanakan dengan sungguh-sungguh, stabilitas dan konsisten terhadap akhlak ini, akhlak ini mengaca pada sehatnya jiwa dan hati, tau akan kesalahan diri, malu, dan lain sebagainya. Akhlak Mazmumah (tercela) yaitu perilaku-perilaku yang mengikuti nafsu yang condong pada perbuatan-perbuatan yang tercela seperti kebencian, dusta, ceroboh, tamak, munafik dan lain sebagainya
Akhlaq merupakan komponen dasar Islam yang ketiga yang berisi ajaran tentang perilaku atau sopan santun. Akhlaq maupun syari'ah pada dasarnya membahas perilaku manusia, tetapi ada perbedaan diantara keduanya. Syari'ah melihat perbuatan manusia dari segi hukum yaitu:
1. Wajib,
2. Sunah.
3. Mubah,
4. Makruh, dan
5. Haram.
Sedangkan akhlak melihat perbuatan manusia dari segi nilai atau etika, yaitu perbuatan baik ataupun buruk mulai dari sikapnya terhadap:
1. Dirinya,
2. Orang lain,
3. Makhluk lainnya, serta
4. Terhadap Allah SWT.
Contoh dari akhlak terpuji terhadap diri sendiri:
1. Memelihara kesucian dan kehormatan diri
2. Qana'ah menerima apa adanya pemberian dari Allah.
3. Berdo'a kepada Allah
4. Sabar dengan ketentuan Allah
5. Tawakal kepada Allah
6. Rendah Hati
Contoh dari akhlak terpuji terhadap orang lain:
1. Menjaga hubungan baik -seperti halnya saling tolong menolong dengan tetangga, saling memberi jika ada rezeki lebih, atau saling membantu. dalam hal kebaikan.
2. Berkata benar -Semakin hari semakin banyak informasi yang diluar pemikiran kita, membuat masukan atau opini yang salah danmasyarakat terkadang mengikuti berita yang ternyata tidak benar kenyataan (hoax).
3. Tidak meremehkan orang lain-Allah memerintahkan bagi orang yang beriman, untuk tidak merendahkan orang lain. Merasa dirinya lebih, padahal kita tidak sadar ada yang lebih baik dan lebih berpikiran daripada luasnya pemikiran kita.
4. Bersangka baik (Husnudzon) -Husnudzan kepada sesama adalah sifat terpuji yang harus diterapkan dengan lahir dan batin, ucapan dan sikap, agar apa yang kita jalani selalu diridhai oleh Allah.
5. Kasih sayang-Kasih sayang merupakan sifat asli (fitrah) manusia yang telah dibawa sejak lahir. Akan tetapi sifat tersebut merupakan potensi yang harus selalu dijaga, karena jika tidak dipelihara dan dikembagkan sebaik- baiknya atau dibiarkan hilang akan menumbuhkan rasa negative lain seperti kemarahan, kebencian, permusuhan, iri hati, dengki dan masih banyak lainnya yang mengarah ke jalan yang sesat.
Contoh akhlak mulia terhadap Allah diantaranya:
1. Ikhlas- Yang artinya suci, murni, jernih tidak tercampur dengan yang lain. Perbuatan seseorang dikatakan suci apabila dikerjakan hanya karena Allah semata, dengan niat yang ikhlas, menjauhkan dari riya (menunjuk kepada orang lain) ketika melakukan amal yang baik.
2. Bertaubat- Yaitu suatu sikap menyesali perbuatan buruk yang dilakukan, berusaha untuk menjauhkan segala larangannya serta melakukan perbuatan baik.
3. Bersabar- Dapat menahan diri pada kesulitan dengan berbagai ujian sertamencari ridha-Nya.
4. Bersyukur- Suatu sikap memanfaatkan sebaik-baiknya yang bersifat fisik maupun non fisik, dan meningkatkan amal shaleh dengan bertujuan mendekat diri kepada-Nya..
5. Bertawakal- Berusaha seoptimal mungkin dan berdoa, menyerahkan semuanya kepada Allah, untuk meraih sesuatu yang diharapkan.
Akhlak mulia terhadap Allah diartikan sebagai tingkah laku manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang pada prinsipnya manusia yang beriman dan berakhlak mengakui terhadap keesaan Allah, yang telah menciptakan manusia menjadi makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini. Sebagaimana firman-Nya:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِّنْ بُطُوْنِ أُمَّهُتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونِ
Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur."
(QS. An Nahl(16): 78).
Ayat diatas menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan tubuh yang kokoh dan sempurna serta melengkapinya dengan panca indra seperti, pendengaran, penglihatan, penciuman, akal pikir dan hati nurani. manusia harus bersyukur dengan panca indra yang diberikan Allah. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang sempurna, sudah sepantasnya manusia mensyukuri apa yang telah Allah berikan dan menggunakan alat panca indra tersebut untuk memperhatikan bukti keesaan Allah, serta taat dan patuh kepada-Nya.
D. Berbagai Aspek Lain Ajaran Islam
Islam sebagai agama akhir yang selalu terjaga dan terlindungi ajarannya memiliki sistem sendiri yang mana bagian bagiannya saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Yang diberikan agama Islam kepada manusia adalah:
1. Pegangan hidup akidah.
2. Jalan hidup syari'ah.
3. Sikap hidup yang mengarahkan perbuatan akhlak.
Ketiga-tiganya merupakan ilmu ilahi yang bersifat abadi yang menjadi sumber dalam semua ilmu. [6]
1. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi manusia lainnya seperti nilai dan norma kepada orang lain dalam masyarakat. Yang dimaksud pendidikan Islam adalah proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang bertaqwa agar manusia menyadari kedudukannya, tugas dan fungsinya, baik sebagai abdi maupun khalifah di bumi.
Dalam konferensi pendidikan di Mekkah, tujuan pendidikan Islam adalah untuk membina insan yang beriman dan bertaqwa yang mengabdikan dirinya hanya kepada Allah, membina serta memelihara alam sesuai dengan syari'ah, serta memanfaatkannya dengan akidah dan akhlak.[7]
Pendidikan menurut Al-Ghulayaini dalam pemikiran pendidikan Islam adalah penanaman akhlak yang mulia pada jiwa anak dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasehat, sehingga pribadinya menjadi jiwa yang baik lalu buahnya kemuliaan dan kebaikan serta cinta beramal untuk kepentingan negara
2. Masyarakat
Masyarakat Islam adalah pergaulan hidup manusia yang berinteraksi terus-menerus menurut nilai-nilai norma yang terikat pada identitas Islam.Ciri pokok masyarakat Islami ialah:
a. Persaudaraan
b. Persamaan
c. Toleransi tasamuh amar ma'ruf nahi mungkar
d. Musyawarah
e. Keadilan dan menegakkan keadilan
f. Keseimbangan
g. Ekonomi
Yang dimaksud dengan sistem ekonomi dalam Islam adalah sistem ekonomi yang terjadi setelah prinsip ekonomi yang menjadi pedoman kerjanya dipengaruhi atau dibatasi oleh ajaran-ajaran Islam. Sumber daya alam yang disediakan Tuhan itu harus diolah oleh tenaga danakal manusia melalui prinsip-prinsip ekonomi.
Usaha manusia untuk mengolah sumber daya alam terikat kepada beberapa syarat seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an.
a. Tidak boleh melampaui batas sehingga membahayakan kesehatan dankesejahteraan manusia lahir dan batin.
b. Hasilnya tidak boleh di timbun tanpa di manfaatkan untuk kepentingan sesama manusia.
c. Tidak boleh dilakukan dengan cara yang batil atau curang, antara lain dengan:
1) Mencuri
2) Penipuan
3) Melanggar janji atau sumpah
d. Melakukan perbuatan-perbuatan lain yang bertujuan mengambil harta orang lain tanpa izin, diluar pengetahuan dan kemauan yang berhak.
e. Selalu ingat kepada orang-orang miskin, karena dalam kekayaan dan pendapatan seseorang ada hak orang-orang miskin dalam bagian zakat.
Dalam sistem ekonomi Islam, nilai-nilai yang terdapat dalam al-qur'an dan al-hadits di rumuskan menjadi norma melalui ijtihad orang-orang yang memenuhi syarat untuk berijtihad dan dipraktekkan dalam masyarakat.[8]
A. Kesimpulan
Kerangka dasar ajaran Islam adalah garis besar atau rancangan ajaran Islam yang sifatnya mendasar, atau yang mendasari semua nilai dan konsep yangada dalam ajaran Islam. Adapun konsep atau kerangka dasar itu adalah aqidah, syariah, dan akhlaq. Tiga kerangka dasar ajaran Islam ini sering juga disebut dengan tiga ruang lingkup pokok ajaran Islam atau trilogi ajaran Islam. Kalau dikembalikan pada konsep dasarnya, tiga kerangka dasar Islam di atas berasal dari tiga konsep dasar Islam, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan.
Dalam kehidupan umat Islam seharusnya ketiga kerangka dasar ajaran. Islam ini tercermin dalam perilakunya, artinya menyadari betul bahwa ketiga hal ini memiliki hubungan yang begitu erat satu sama lain. Ketiga dasar tersebut harus selalu ada dalam diri seorang Muslim. ketiga komponen tersebut dalam ajaran Islam ibarat sebuah pohon, akarnya adalah aqidah, sementara batang, dahan, dan daunya adalah syariah, sedangkan buahnya adalah akhlak
DAFTAR PUSAKA
Ali, Muhammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2003.
Daudy, Ahmad. Kuliah Aqidah Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1997.
Hakim, Atang Abdul dan Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung Remaja Rosdakarya, 2009.
Ilyas, Yanuar Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offest, 2001.
Nata, Abuddin Sejarah
Pendidikan Islam. Jakarta Pranada Media Group, 2011.
UT. Tim Fisip. Materi Pokok Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Departemen Agama, 2007.
Yudi, Prahara Erwin. Materi Pendidikan Agama Islam. Ponorogo: STAIN Po Press, 2009.
[1] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam,
(Jakarta: Pranada Media Group, 2011). h. 71.
[2] Ahmad Daudy, Kuliah Aqidah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 75.
[3] Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2009), h. 190.
[4] Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam, (Ponorogo: STAIN Po Press, 2009), h. 181.
[5] Yanuar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Belajar Offest, 2001), h. 1-2
[6] Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi.... h. 192.
[7] Muhammad DaudAli, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), h. 68.
Posting Komentar untuk "Kerangka Dasar Ajaran Akidah dalam Islam"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.