Terlalu Mengatur Anak? Waspadai 5 Dampak Psikologis yang Muncul Diam-Diam
Terlalu Mengatur Anak? Waspadai 5 Dampak Psikologis yang Muncul Diam-Diam
Para orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Berhara mereka tumbuh sukses, aman dan terhindar dari bahaya, serta tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti orangtuanya alami. Tapi tanpa sadar, niat baik itu bisa berubah menjadi bentuk kontrol berlebihan. Kita terlalu sering mengatur, menuntut, bahkan memilihkan jalan hidup mereka mulai dari pakaian, pergaulan, cita-cita, hingga cara berpikir. Padahal, anak yang terlalu dikekang justru kepercayaan dirinya akan rusak dan mereka akan tumbuh tidak sesuai dengan potensi terbaiknya. Apa saja dampak yang bisa terjadi? Berikut ini penjelasannya:
1. Anak Kehilangan Kemampuan Mengambil Keputusan
Anak terlalu dikontrol dan segala sesuatunya sudah diputuskan maka akan terbiasa bergantung pada orang lain. Mereka akan ragu saat mengambil keputusan, bahkan untuk hal kecil seperti memilih baju atau makanan. Lebih parah lagi, saat dewasa nanti mereka merasa cemas berlebihan ketika menghadapi pilihan hidup disebabkan tidak pernah terbiasa menentukan sikap sendiri. Dalam psikologi, ini disebut sebagai lemahnya self agency rasa percaya bahwa “aku bisa memilih dan mengatur hidupku sendiri.”
2. Mudah Takut Gagal dan Terlalu Butuh Persetujuan Orang Lain
Anak yang tumbuh dalam tekanan dan aturan kaku cenderung merasa bahwa kesalahan adalah sesuatu yang memalukan atau harus dihindari. Padahal, kegagalan adalah bagian penting dari proses belajar.
Akibatnya, anak-anak seperti ini bisa tumbuh dengan rasa takut berlebihan terhadap kegagalan, tidak berani mencoba hal baru, dan selalu membutuhkan validasi dari luar. Mereka mudah minder, merasa tidak cukup baik, atau bahkan berpura-pura demi mendapat pujian.
3. Tumbuh Menjadi Anak yang Pemberontak Diam-Diam
Menariknya, terlalu dikekang bukan hanya membuat anak penurut. Justru, banyak anak yang akhirnya menjadi pemberontak—baik secara terbuka maupun diam-diam. Mereka bisa saja terlihat biasa saja dan patuh di rumah, namun saat di luar bisa menjadi jauh berbeda. Beberapa anak akan menyembunyikan rahasia, berbohong, dan mencari pelarian luar dari lingkungan keluarganya. Ini bukan karena mereka nakal, tapi karena merasa tidak punya ruang untuk menjadi diri sendiri di rumah.
4. Hubungan Anak dan Orang Tua Jadi Jauh
Melakukan Kontrol secara berlebihan dan sering dibungkus dengan kalimat “Ini semua demi kebaikanmu.” Namun anak tidak selalu menerimanya sama. Mereka merasa tidak dipercaya, tidak didengar, dan tidak dicintai seperti apa adanya.
Lama-kelamaan, hubungan anak dan orang tua bisa menjadi dingin. Anak tidak lagi terbuka, memilih diam, atau bahkan menjauh. Dan ironisnya, justru saat anak remaja paling butuh bimbingan emosional, mereka malah merasa sendirian.
5. Anak Kehilangan Jati Dirinya
Setiap anak punya keunikan: karakter, minat, dan bakat yang berbeda. Ketika orang tua terlalu memaksakan pilihan hidup, anak bisa kehilangan arah jati dirinya. Mereka bisa tumbuh dewasa dengan pertanyaan besar dalam hati: “Aku ini siapa? Sebenarnya aku ingin apa?”
Dalam jangka panjang, ini bisa berdampak pada kesehatan mental anak: merasa hampa, mudah cemas, bahkan rentan mengalami depresi karena hidupnya tidak pernah benar-benar ia pilih sendiri.
Lalu, Harus Bagaimana?
Menjadi orang tua bukan berarti kita mesti tahu segalanya dan mengatur segalanya. Justru, kita bertugas untuk membekali anak bersama kemampuannya dalam memilih dan berpikir, serta bertanggung jawab pada hidupnya sendiri. Alih-alih memaksa, cobalah mendampingi. Daripada menuntut, berikan contoh kemudian mengajaknya berdiskusi. Daripada selalu mengoreksi, cobalah untuk mendengar dan memahami alasan di balik pilihan anak. Anak bukan proyek, bukan pula perpanjangan ambisi kita. Mereka ialah individu yang utuh yang perlu ruang untuk tumbuh, salah, belajar, dan berkembang sesuai dengan versi terbaik mereka sendiri.
Kontrol Berlebihan Bukan Bentuk Cinta
Cinta sejati dalam parenting bukan soal seberapa banyak kita mengatur, tapi berapa besar kita percaya kepada anak untuk menjadi dirinya sendiri—dengan nilai-nilai baik yang telah kita tanam sejak awal. Sebagai Orang tua harus belajar agar tidak menjadi orang tua yang menyesal pada akhirnya, hanya karena terlalu takut melepaskan.
Penulis : Hulfi Handayani, Universitas Islam Negeri Ar Araniry Banda Aceh, Prodi Psikologi
Posting Komentar untuk "Terlalu Mengatur Anak? Waspadai 5 Dampak Psikologis yang Muncul Diam-Diam"
Silahkan tinggalkan komentar untuk respon atau pertanyaan, kami akan balas secepat mungkin.